1. Pembelajaran Fakta, Konsep dan Generalisasi
Untuk mencapai pembelajaran yang berlangsung aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, perkuliahan diawali dengan curah
pendapat, dialog, dan tanya jawab tentang fakta, konsep, dan generalisasi dalam
IPS dengan memanfaatkan lembar powerpoint dalam paket ini. Kemudian, untuk
menggali pengertian dan contoh-contohnya yang lebih mendalam dan komprehensif,
kegiatan group to group exchange dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi dengan
bantuan lembar kegiatan.
Kegiatan ini juga untuk mengasah life-skill tentang bekerjasama dan berkomunikasi
secara lisan. Pengajar memberikan penguatan masing-masing konsep dan contohnya.
Selanjutnya, untuk membangun pengertian yang lebih mendalam, kegiatan
perkuliahan dilakukan dengan kerja individu untuk menemukan perbedaan fakta,
konsep, dan generalisasi. Sekali lagi, pengajar perlu menguatkan konsep dengan
cara pembandingan ketiga konsep dasar ini.
Hakikat IPS adalah memahami fakta, konsep dan
generalisasi dalam bingkai ekonomi, politik, agama, sosiologi, psikologi, dan budaya.
Manusia menghadapi berbagai permasalahan dalam hidupnya. Masalah yang dihadapi
oleh manusia seperti kemiskinan, kelaparan, penyakit, kejahatan, masalah
ekonomi, sosial, politik, peperangan dan pengangguran hampir setiap hari dapat
kita baca dan kita dengar, baik dari media cetak maupun dari media elektronik.
2. Permasalahan Siswa Dikelas
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial
ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program
pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik dan proses pembelajaran menggunakan
model dengan baik. Maka permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa dikelas
dan diluar kelas sebagai berikut.
1. Kurangnya memiliki kesadaran
dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman
terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan mastarakat.
2.
Ketidakfahaman pengetahuan dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3.
Tidak mampu menggunakan model-model dan proses
berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4.
Minimnya perhatian siswa terhadap isu-isu
dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis,
selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5.
Pengembanggan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab
membangun masyarakat
belum berjalan dengan yang diharapkan.
Secara umum, pencapaian tujuan Pendidikan IPS lulusan
pendidikan SMP belumlah optimal. Kelemahan tersebut dilatarbelakangi oleh banyak hal,
terutama proses pendidikan dan pembelajarannya.
Dalam proses pendidikan IPS di SMP, pembelajarannya
kurang memperhatikan karakteristik anak usia sekolah dasar, yakni terkait
dengan perkembangan psikologis siswa. Menurut Jean Piaget (1963), anak dalam
kelompok usia SMA (12-15 tahun) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada
tingkatan konkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang
utuh dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang
mereka pedulikan adalah sekarang (=konkrit) dan bukan masa depan yang belum
bisa mereka pahami (=abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan
pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan,
kesinambungan (continuity) arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi,
kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan atau kelangkaan adalah
konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada
siswa SD.
Jika hal ini dibiarkan terus, maka pembelajaran IPS dapat
menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa. Dan baik secara langsung maupun
tidak akan berdampak pada tujuan pendidikan IPS yang diharapkan. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut diperlukanlah model pembelajaran yang sesuai
untuk materi IPS di SD dan memperhatikan karakteristik anak usia SD.
Sebagai sebuah
matapelajaran, IPS sendiri kurang diminati peserta didik, masyarakat, dan
bahkan pemerintah. Konsep IPS sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang
merupakan gabungan dari berbagai cabang Ilmu-ilmu yang sudah dirintis sejak tahun 1975-an
(sebagai IPS terpadu) juga tidak pernah tuntas. Tarik-ulur dan perebutan kapling
dari masing–masing ilmu sosial sulit untuk dihindari, sehingga ide dan konsep
IPS sebagai mata pelajaran di sekolah tidak pernah terwujud.
Mangapa IPS tidak
memiliki daya tarik bagi peserta didik, masyarakat bahkan pemerintah sekaligus?
Salah satu jawaban yang dapat diberikan adalah karena aspek kebersamaan dari
pendidikan IPS itu sendiri. Pendidikan IPS adalah proses membelajarkan
ilmu-ilmu sosial kepada peserta didik. Pendidikan IPS itu diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis terhadap
kondisi dan realita sosial masyarakat sehingga peserta didik dapat mengambil
pelajaran untuk kehidupan sosial masyarakatnya. Peserta didik dapat mengambil
pelajaran untuk kehidupan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan lebih baik.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam rumpun ilmu sosial terdapat sejumlah keterampilan
yang dapat diklasifikasi menjadi keterampilan berfikir, keterampilan teknis,
dan keterampilan sosial. Sejumlah keterampilan berfikir yang penting dalam ilmu
sosial diantaranya adalah menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan. Beberapa keterampilan dikategorikan sebagai
keterampilan tingkat tinggi, yakni ketika siswa menggunakan konsep dan membuat
generalisasi. Yang termasuk keterampilan berfikir tingkat rendah adalah
menggambarkan, menjelaskan, menggolongkan, membandingkan, meramalkan, dan
melihat hubungan sebab-akibat.
Keterampilan teknis yang berhubungan dengan
generalisasi dapat pula diwujudkan melalui penggunaan berbagai media dan alat
bantu dalam mencari dan menyajikan informasi. Termasuk ke dalam jenis
keterampilan teknis ini adalah ketrampilan membuat tabel, diagram, gambar,
peta, denah, melakukan wawancara, observasi, membuat model, mencatat hal-hal
penting, membuat resensi, membuat laporan, dan melaporkannya.
Ketrampilan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan hubungan antar manusia, misalnya bekerja sama dalam satu tim,
berinteraksi dan berkomunikasi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
lingkup tertentu. Dalam kaitan ini, siswa harus dilatih untuk berinteraksi dan
bekerja sama dalam kondisi lingkungan dan budaya yang berbeda-beda dengan cara
yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Hal yang perlu disadari sebagai
dasar untuk membentuk hubungan yang harmonis adalah interaksi yang didasarkan
atas saling menghormati dan saling menguntungkan.
Aspek afektif dikembangkan melalui pembentukan sikap
dan nilai. Ilmu sosial dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa hidup dalam suatu
masyarakat bangsa yang berlatarbelakang sosial dan budaya beraneka ragam. Di
pihak lain, kita dihadapkan pada situasi yang selalu berubah (dinamis). Untuk
itu, siswa perlu mengembangkan sikap yang layak atau sesuai dengan kaidah,
nilai, dan norma yang berlaku. Hal-hal yang perlu dibiasakan antara lain
tentang nilai-nilai perdamaian, empati, menghargai orang lain, dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kebersamaan.
Langkah-langkah pembelajaran dapat dilakukan sebagai
berikut :
1.
Guru mengingatkan kembali tentang garis-garis
besar pembelajaran IPS
2.
Guru meminta kepada siswa untuk menjelaskan
hubungan antara IPS dan ilmu social.
3.
Guru mengajukan pertanyaan kecil, apa itu fakta
dan apa contohnya ?
4.
Guru memperlihatkan beberapa fakta seperti
banjir, kemiskinan, dan sejenisnya lalu siswa menilai bagian mana yang termasuk
fakta.
5.
Guru mengajak siswa untuk mendalami topic
melalui pembelajaran.
6.
Selanjutnya
a.
Pembagian kelompok, setiap kelompok mendapatkan
satu materi untuk menjadi bahan diskusi.
b.
Penguatan, guru memjelaskan definisi fakta,
konsep dan generalisasi serta contoh-contohnya.
c.
Dialog
d.
Kerja individu. Kerja individu dapat ditempu
melalui :
1.
Siswa menuliskan keterkaitan fakta, konsep dan
generalisasi serta contohnya yang serumpun.
2.
Seorang siswa mempresentasikan hasilnya dan
siswa lainnya ikut memberikan tambahan.
3.
Guru memberikan penguatan.
e.
Tindak lanjut dan refleksi :
1.
Siswa siswi membuat rangkuman topic hari ini
2.
Guru meminta siswa siswi untuk membuat peta
konsep, fakta dan generalisasi beserta contohnya.
3.
Guru meminta kepada siswa untuk menyampaikan
hasil kerjanya
4. Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Dalam hal ini, komponen-komponen (disiplin-disiplin)
ilmu sosial terdapat banyak sekali konsep-konsep.
v
Konsep-konsep ilmu sejarah Konsep-konsep ilmu
sejarah Konsep-konsep ilmu sejarah Konsep-konsep ilmu sejarah Konsep-konsep
ilmu sejarah mengenal beberapa konsep seperti migrasi, feudalisme, imperalisme, rasionalisme, sosialisme,
perang, liberalisme, perdamaian, perjanjian, persetujuan, persekutuan, candi,
area, uang kuno, perdagangan, pahlawan, dan sebagainya.
v
Konsep-konsep ilmu ekonomi Konsep-konsep ilmu
ekonomi Konsep-konsep ilmu ekonomi Konsep-konsep ilmu ekonomi Konsep-konsep
ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep seperti tukar-menukar, uang, pasar,
bursa, liberalisme, kapitalisme, imperalisme, koperasi, pajak, cukai, untung,
rugi, harga, industri, produksi, distribusi, konsumen, pabrik, penguasaha,
pendapatan, kerja, tenaga, jasa, dan sebagainya
v
Konsep-konsep ilmu geografi Konsep-konsep ilmu
geografi Konsep-konsep ilmu geografi Konsep-konsep ilmu geografi Konsep-konsep
ilmu geografi mengenal beberapa konsep seperti tanah, air, udara, sungai,
gunung, antariksa, flora, fauna, laut, gempa, sumber alat, kependudukan, desa,
kota, dan sebagainya.
v
Konsep-konsep antropologi Konsep-konsep
antropologi Konsep-konsep antropologi Konsep-konsep antropologi Konsep-konsep
antropologi mengenal beberapa konsep seperti kebudayaan, peradaban, kepercayaan,
folklore, survival, adat, tradisi, induk bangsa (ras), bahasa, sistem
kekerabatan, sistem mata pencaharian, kesenian, magis, upacara, religi, dan
sebagainya.
v
Konsep-konsep sosiologi Konsep-konsep sosiologi
Konsep-konsep sosiologi Konsep-konsep sosiologi Konsep-konsep sosiologi
mengenal beberapa konsep seperti norma sosial, kerja sama sosial, kelompok
sosial, organisasi sosial, status sosial, desa kota, urbanisasi, persaingan,
kerja sama, dan sebagainya.
v Konsep-konsep
psikologi sosial mengenal beberapa konsep seperti norma prilaku sosial,
interaksi sosial, prilaku politik, budaya masyarakat, perilaku menyimpang dan
sebagainya.
Dari contoh-contoh konsep di atas, beberapa konsep
ternyata juga terdapat pada lebih dari satu disiplin ilmu sosial, seperti
migrasi, nasionalisme, desa, kota dan sebagainya. Konsep-konsep yang secara
bersama-sama dimiliki oleh beberapa disiplin ilmu itu disebut dengan istilah
konsep inti. Selain core concept terdapat juga key concept (konsep kunci), yaitu
suatu konsep yang hanya spesifik terdapat pada satu disiplin ilmu sosial.
Setiap disiplin ilmu sosial memiliki key conceptkey concept key conceptkey
concept key concept tertentu. Misalnya, key concept geografi
adalah population (kependudukan), land (tanah) dan space (ruang).
Program pengajaran IPS yang sudah berkembang merupakan
program pengajaran yang bersumber pada konsep-konsep dasar ilmu sosial yang
diperkaya dengan fakta-fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan
sekelilingnya. Oleh karena itu, guru-guru profesional IPS harus memahami dengan
baik tentang konsep-konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Murid-murid menjadi mudah memahami proses-proses yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat, sebab konsep yang disajikan kepada murid
sedapat mungkin diangkat atau diasosiasikan dengan kehidupan (permasalahan)
sosial (contemporary-affairs and contemporary societies). Konsep yang dipahami
membuat lebih jelas kaitannya satu sama lain. Dalam pengajaran IPS, sifat
menyeluruh penting untuk diketahui dan dipahami karena IPS menangani bahan
pengajaran yang kait-mengkait- secara integral.
Dalam hal ini, pengertian konsep berbeda dengan
pengertian topik. Topik adalah konsep yang sudah dibatasi oleh pengertian ruang
dan waktu. Misalnya, kita hanya mengenal satu konsep “pasar”, tetapi kita dapat
mengembangkan banyak topik-topik tentang “pasar, misalnya “pasar Turi dahulu
dan sekarang”, “pasar Turi adalah salah satu pusat perbelanjaan di kota
Surabaya”, “pasar Turi sebelum terbakar”, “pasar Wonokromo sesudah perang dunia
II dan sekarang menjadi Darmo Trade Centre (DTC)”, dan pasar Glodog sebelum
1980.
Kita juga hanya mengenal satu konsep transmigrasi,
tetapi kita mengenal bermacam-macam topik tentang transmigrasi. Misalnya,
“Transmigrasi di Indonesia pada Jaman Pendudukan Jepang”, “Transmigrasi di
Lampung sebelum Kemerdekaan”, “Masa depan Transmigrasi ke Papua”, “Transmigrasi
pada Masa Kekuasaan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda”, “Transmigrasi pada
Masa Pemerintahan Orde Baru”, dan “Transmigrasi pada Era Reformasi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar