Selasa, 28 Mei 2013

Pembelajaran Fakta, Konsep dan Generalisasi



 1.      Pembelajaran Fakta, Konsep dan Generalisasi
Untuk mencapai pembelajaran yang berlangsung aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, perkuliahan diawali dengan curah pendapat, dialog, dan tanya jawab tentang fakta, konsep, dan generalisasi dalam IPS dengan memanfaatkan lembar powerpoint dalam paket ini. Kemudian, untuk menggali pengertian dan contoh-contohnya yang lebih mendalam dan komprehensif, kegiatan group to group exchange dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi dengan bantuan lembar kegiatan.
Kegiatan ini juga untuk mengasah life-skill tentang bekerjasama dan berkomunikasi secara lisan. Pengajar memberikan penguatan masing-masing konsep dan contohnya. Selanjutnya, untuk membangun pengertian yang lebih mendalam, kegiatan perkuliahan dilakukan dengan kerja individu untuk menemukan perbedaan fakta, konsep, dan generalisasi. Sekali lagi, pengajar perlu menguatkan konsep dengan cara pembandingan ketiga konsep dasar ini.
Hakikat IPS adalah memahami fakta, konsep dan generalisasi dalam bingkai ekonomi, politik, agama, sosiologi, psikologi, dan budaya. Manusia menghadapi berbagai permasalahan dalam hidupnya. Masalah yang dihadapi oleh manusia seperti kemiskinan, kelaparan, penyakit, kejahatan, masalah ekonomi, sosial, politik, peperangan dan pengangguran hampir setiap hari dapat kita baca dan kita dengar, baik dari media cetak maupun dari media elektronik.

2.      Permasalahan Siswa Dikelas
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik dan proses pembelajaran menggunakan model dengan baik. Maka permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa dikelas dan diluar kelas sebagai berikut.
1.    Kurangnya memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan mastarakat.
2.    Ketidakfahaman pengetahuan dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3.    Tidak mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4.    Minimnya perhatian siswa terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5.    Pengembanggan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat belum berjalan dengan yang diharapkan.
Secara umum, pencapaian tujuan Pendidikan IPS lulusan pendidikan SMP belumlah optimal. Kelemahan tersebut dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama proses pendidikan dan pembelajarannya.
Dalam proses pendidikan IPS di SMP, pembelajarannya kurang memperhatikan karakteristik anak usia sekolah dasar, yakni terkait dengan perkembangan psikologis siswa. Menurut Jean Piaget (1963), anak dalam kelompok usia SMA (12-15 tahun) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (=konkrit) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (=abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity) arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Jika hal ini dibiarkan terus, maka pembelajaran IPS dapat menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa. Dan baik secara langsung maupun tidak akan berdampak pada tujuan pendidikan IPS yang diharapkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukanlah model pembelajaran yang sesuai untuk materi IPS di SD dan memperhatikan karakteristik anak usia SD.
Sebagai sebuah matapelajaran, IPS sendiri kurang diminati peserta didik, masyarakat, dan bahkan pemerintah. Konsep IPS sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang merupakan gabungan dari berbagai cabang Ilmu-ilmu  yang sudah dirintis sejak tahun 1975-an (sebagai IPS terpadu) juga tidak pernah tuntas. Tarik-ulur dan perebutan kapling dari masing–masing ilmu sosial sulit untuk dihindari, sehingga ide dan konsep IPS sebagai mata pelajaran di sekolah tidak pernah terwujud.
Mangapa IPS tidak memiliki daya tarik bagi peserta didik, masyarakat bahkan pemerintah sekaligus? Salah satu jawaban yang dapat diberikan adalah karena aspek kebersamaan dari pendidikan IPS itu sendiri. Pendidikan IPS adalah proses membelajarkan ilmu-ilmu sosial kepada peserta didik. Pendidikan IPS itu diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis terhadap kondisi dan realita sosial masyarakat sehingga peserta didik dapat mengambil pelajaran untuk kehidupan sosial masyarakatnya. Peserta didik dapat mengambil pelajaran untuk kehidupan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan lebih baik.
3.      Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam rumpun ilmu sosial terdapat sejumlah keterampilan yang dapat diklasifikasi menjadi keterampilan berfikir, keterampilan teknis, dan keterampilan sosial. Sejumlah keterampilan berfikir yang penting dalam ilmu sosial diantaranya adalah menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Beberapa keterampilan dikategorikan sebagai keterampilan tingkat tinggi, yakni ketika siswa menggunakan konsep dan membuat generalisasi. Yang termasuk keterampilan berfikir tingkat rendah adalah menggambarkan, menjelaskan, menggolongkan, membandingkan, meramalkan, dan melihat hubungan sebab-akibat.
Keterampilan teknis yang berhubungan dengan generalisasi dapat pula diwujudkan melalui penggunaan berbagai media dan alat bantu dalam mencari dan menyajikan informasi. Termasuk ke dalam jenis keterampilan teknis ini adalah ketrampilan membuat tabel, diagram, gambar, peta, denah, melakukan wawancara, observasi, membuat model, mencatat hal-hal penting, membuat resensi, membuat laporan, dan melaporkannya.
Ketrampilan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia, misalnya bekerja sama dalam satu tim, berinteraksi dan berkomunikasi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup tertentu. Dalam kaitan ini, siswa harus dilatih untuk berinteraksi dan bekerja sama dalam kondisi lingkungan dan budaya yang berbeda-beda dengan cara yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Hal yang perlu disadari sebagai dasar untuk membentuk hubungan yang harmonis adalah interaksi yang didasarkan atas saling menghormati dan saling menguntungkan.
Aspek afektif dikembangkan melalui pembentukan sikap dan nilai. Ilmu sosial dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa hidup dalam suatu masyarakat bangsa yang berlatarbelakang sosial dan budaya beraneka ragam. Di pihak lain, kita dihadapkan pada situasi yang selalu berubah (dinamis). Untuk itu, siswa perlu mengembangkan sikap yang layak atau sesuai dengan kaidah, nilai, dan norma yang berlaku. Hal-hal yang perlu dibiasakan antara lain tentang nilai-nilai perdamaian, empati, menghargai orang lain, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan.



Langkah-langkah pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut :
1.    Guru mengingatkan kembali tentang garis-garis besar pembelajaran IPS
2.    Guru meminta kepada siswa untuk menjelaskan hubungan antara IPS dan ilmu social.
3.    Guru mengajukan pertanyaan kecil, apa itu fakta dan apa contohnya ?
4.    Guru memperlihatkan beberapa fakta seperti banjir, kemiskinan, dan sejenisnya lalu siswa menilai bagian mana yang termasuk fakta.
5.    Guru mengajak siswa untuk mendalami topic melalui pembelajaran.
6.    Selanjutnya
a.    Pembagian kelompok, setiap kelompok mendapatkan satu materi untuk menjadi bahan diskusi.
b.    Penguatan, guru memjelaskan definisi fakta, konsep dan generalisasi serta contoh-contohnya.
c.    Dialog
d.   Kerja individu. Kerja individu dapat ditempu melalui :
1.      Siswa menuliskan keterkaitan fakta, konsep dan generalisasi serta contohnya yang serumpun.
2.      Seorang siswa mempresentasikan hasilnya dan siswa lainnya ikut memberikan tambahan.
3.      Guru memberikan penguatan.
e.    Tindak lanjut dan refleksi :
1.      Siswa siswi membuat rangkuman topic hari ini
2.      Guru meminta siswa siswi untuk membuat peta konsep, fakta dan generalisasi beserta contohnya.
3.      Guru meminta kepada siswa untuk menyampaikan hasil kerjanya




4.      Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Dalam hal ini, komponen-komponen (disiplin-disiplin) ilmu sosial terdapat banyak sekali konsep-konsep.
v Konsep-konsep ilmu sejarah Konsep-konsep ilmu sejarah Konsep-konsep ilmu sejarah Konsep-konsep ilmu sejarah Konsep-konsep ilmu sejarah mengenal beberapa konsep seperti migrasi, feudalisme, imperalisme, rasionalisme, sosialisme, perang, liberalisme, perdamaian, perjanjian, persetujuan, persekutuan, candi, area, uang kuno, perdagangan, pahlawan, dan sebagainya.
v Konsep-konsep ilmu ekonomi Konsep-konsep ilmu ekonomi Konsep-konsep ilmu ekonomi Konsep-konsep ilmu ekonomi Konsep-konsep ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep seperti tukar-menukar, uang, pasar, bursa, liberalisme, kapitalisme, imperalisme, koperasi, pajak, cukai, untung, rugi, harga, industri, produksi, distribusi, konsumen, pabrik, penguasaha, pendapatan, kerja, tenaga, jasa, dan sebagainya
v Konsep-konsep ilmu geografi Konsep-konsep ilmu geografi Konsep-konsep ilmu geografi Konsep-konsep ilmu geografi Konsep-konsep ilmu geografi mengenal beberapa konsep seperti tanah, air, udara, sungai, gunung, antariksa, flora, fauna, laut, gempa, sumber alat, kependudukan, desa, kota, dan sebagainya.
v Konsep-konsep antropologi Konsep-konsep antropologi Konsep-konsep antropologi Konsep-konsep antropologi Konsep-konsep antropologi mengenal beberapa konsep seperti kebudayaan, peradaban, kepercayaan, folklore, survival, adat, tradisi, induk bangsa (ras), bahasa, sistem kekerabatan, sistem mata pencaharian, kesenian, magis, upacara, religi, dan sebagainya.
v Konsep-konsep sosiologi Konsep-konsep sosiologi Konsep-konsep sosiologi Konsep-konsep sosiologi Konsep-konsep sosiologi mengenal beberapa konsep seperti norma sosial, kerja sama sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, status sosial, desa kota, urbanisasi, persaingan, kerja sama, dan sebagainya.
v Konsep-konsep psikologi sosial mengenal beberapa konsep seperti norma prilaku sosial, interaksi sosial, prilaku politik, budaya masyarakat, perilaku menyimpang dan sebagainya.
Dari contoh-contoh konsep di atas, beberapa konsep ternyata juga terdapat pada lebih dari satu disiplin ilmu sosial, seperti migrasi, nasionalisme, desa, kota dan sebagainya. Konsep-konsep yang secara bersama-sama dimiliki oleh beberapa disiplin ilmu itu disebut dengan istilah konsep inti. Selain core concept terdapat juga key concept (konsep kunci), yaitu suatu konsep yang hanya spesifik terdapat pada satu disiplin ilmu sosial. Setiap disiplin ilmu sosial memiliki key conceptkey concept key conceptkey concept key concept tertentu. Misalnya, key concept geografi adalah population (kependudukan), land (tanah) dan space (ruang).
Program pengajaran IPS yang sudah berkembang merupakan program pengajaran yang bersumber pada konsep-konsep dasar ilmu sosial yang diperkaya dengan fakta-fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan sekelilingnya. Oleh karena itu, guru-guru profesional IPS harus memahami dengan baik tentang konsep-konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Murid-murid menjadi mudah memahami proses-proses yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, sebab konsep yang disajikan kepada murid sedapat mungkin diangkat atau diasosiasikan dengan kehidupan (permasalahan) sosial (contemporary-affairs and contemporary societies). Konsep yang dipahami membuat lebih jelas kaitannya satu sama lain. Dalam pengajaran IPS, sifat menyeluruh penting untuk diketahui dan dipahami karena IPS menangani bahan pengajaran yang kait-mengkait- secara integral.
Dalam hal ini, pengertian konsep berbeda dengan pengertian topik. Topik adalah konsep yang sudah dibatasi oleh pengertian ruang dan waktu. Misalnya, kita hanya mengenal satu konsep “pasar”, tetapi kita dapat mengembangkan banyak topik-topik tentang “pasar, misalnya “pasar Turi dahulu dan sekarang”, “pasar Turi adalah salah satu pusat perbelanjaan di kota Surabaya”, “pasar Turi sebelum terbakar”, “pasar Wonokromo sesudah perang dunia II dan sekarang menjadi Darmo Trade Centre (DTC)”, dan pasar Glodog sebelum 1980.
Kita juga hanya mengenal satu konsep transmigrasi, tetapi kita mengenal bermacam-macam topik tentang transmigrasi. Misalnya, “Transmigrasi di Indonesia pada Jaman Pendudukan Jepang”, “Transmigrasi di Lampung sebelum Kemerdekaan”, “Masa depan Transmigrasi ke Papua”, “Transmigrasi pada Masa Kekuasaan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda”, “Transmigrasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru”, dan “Transmigrasi pada Era Reformasi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar