`PENDIDIKAN DALAM PRANATA SOSIAL*
Oleh :
Arbi Towan
1.
Pendahuluan
Teori pendidikan yang terakhir tentang pendidikan
massal (nasional) dinamakan teori pendidikan sebagai pembanggunan bangsa (nation-building) dengan ciri-ciri 1)
universal, memiliki standar nasional, 2) sangat melembaga pada level dunia, dan
3) diarahkan sebagai sosialisasi individu sebagai satuan primer, yang
menghormati pilihan dan tanggungjawab individu.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
indonesia merupakan rangkaian upaya manusia untuk mewujudkan manusia seutuhnya,
yang meliputi pembanggunan manusia, baik sebagai insan maupun sebagai sumber
daya pembanggunan. Pendidikan sebagai pranata sosial memiliki peranan
signifikan dalam merencanakan, melaksanakan, menciptakan SDM yang
dicita-citakan.
Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah
secara terpadu untuk menggembangkan fungsi pendidikan.Keberhasilan pendidikan
tidak hanya diketahui dari kualitas individu, melainkan juga berkaitan erat
dengan kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.Pendidikan
diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membanggun kemauan,
mengembangkan kreatifitas anak didik dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu/kualitas pelayanan pendidikan.
![]() |
Karena masyarakat senantiasa mengalami perubahan, baik
yang direncanakan maupun tidak, pendidikan juga dituntut untuk cepat tanggap
atas perubahan yang terjadi dalam melakukan upaya yang tepat serta normatif
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2.
Visi
Misi Pendidikan
Visi, misi, dan tujuanpendidikan nasional dapat
terealisasikan dengan efektif dengan melibatkan sejumlah elemen/komponen bangsa
secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Memberdayakan sebagai
elemen/komponen masyarakat yang berarti pendidikan diselenggarakan oleh
pendidikan dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerja sama yang saling
melengkapi dan memperkuat, seperti tertuang pada Pasal 4 Ayat 2 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 3003. Pembaruan pendidikan nasional perlu pula disesuaikan
dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuanggan antara Pusat
dan Daerah.
Terkait dengan visi, misi dan strategi pendidikan
nasional itu, selanjutnya telah ditetapkan sejumlah prinsip yang dijadikan
landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut
adalah pendidikan dilaksanakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut
harus ada pendidikan yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan
serta mengembangkan potensi dan kreativitas anak didik.
Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan
dan pemberdayaan anak didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses
tersebut harus ada pendidikan yang memberikan keteladanan dan mampu membangun
kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas anak didik. Implikasi dari
prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma
pengajaran ke paradigm pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang
dilaksanakan orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan yang berguna
memberikan kompetensi kepada anak didik sehingga mereka memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai al-insan-al-kamil.
3.
Pendidikan
dan Pranata Sosial
Istilah pranata sosial sangat relevan dengan istilah sosial,
yang dalam persfektif sosialogi ditemukan sejumlah pengertian. Istilah lembaga
kemasyarakatan, merupakan terjemahan langsung dari istilah asing: sosial-institution. Ary H. Gunawan
(2000) dalam Abdullah Idi, menuturkan pranata sosial merupakan struktur sosial
beserta perlengkapannya, yang dengan struktur sosial tersebut masyarakat
(manusia) mengatur, mengarahkan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang
diperlukan dalam memenuhi kebutuhannya.Untuk memberikan suatu batasan, dapat
dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat.Wujud konkret lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association).
Pada setiap masyarakat, setidaknya terdapat 5
lembaga/pranata sosial, yakni yakni keluarga, pendidikan, agama, ekonomi, dan
pemerintah.Tiap pranata sosial memiliki fungsi dan tanggungjawab masing-masing.
Adapun ciri-ciri pranata sosial : 1) memiliki lambang atau symbol; 2) memiliki
tata tertib dan tradisi; 3) memiliki satu atau beberepa tujuan; 4) memiliki
nilai; 5) memiliki usia lebih lama atau tingkat kekebalan tertentu; dan 6)
memiliki alat kelengkapan.
Peran suatu lembaga dalam kehidupan, tidak hanya
melahirkan satu pola aktivitas dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan
manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.
Suatu pranata sosial/lembaga sosial juga memiliki
sejumlah fungsi, antara lain; 1) memberian bagi peranan pendidikan; 2)
bertindak sebagai pranata transfer warisan kebudayaan; 3) memperkenalkan kepada
individu tentang berbagai peran dalam masyarakat; 4) mempersiapkan individu
dengan berbagai peranan sosial yang dikehendak; 5) memberikan landasan bagi
penilaian dan pemahan status relative; 6) meningkatkan kemajuan melalui
pengikutsertaan dalam riset ilmiah; dan 7) memperkuat penyesuaian diri dan
pengembangan hubungan sosial.
Pendidikan sebagai pranata sosial, sudah tentu tidak
pula lepas dari ketergantungan saling silang budaya. Keterkaitan dengan itu,
mengamati dunia pendidikan tentu tidak cukup hanya dengan melihat masaalah
internal pendidikan, namun perlu juga melihat dengan komponen lainnya,
misalnya: sosial, budaya, ekonomi, politik, sejarah, dan filsafat.
Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu
yang bertalian satu sama lain. Beberapa kebutuhan manusia, seperti kebutuhan
pendidikan, akan diperoleh lebih terstruktur dengan adanya lembaga sosial atau
pranata sosial. Pranata sosialakan ada jika kebutuhan individu yang digabungkan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial melibatkan bukan saja
pola aktivitas yang lahir dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia,
tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.
4.
Conformity
dan Deviation
Masaalah conformitydan
deviation berhubungan erat dengan sosial control.Conformityberarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan
cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, deviationadalah penyimpangan terhadap
kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.Kaidah timbul dalam masyarakat kerana
diperlakukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain, atau
seseorang dengan orang lain. Diadakannya kaidah serta lain-lain peraturan di
dalam masyarakat adalah dengan maksud supaya ada conformity warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku
didalam masyarakat yang bersangkutan.
Dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, conformitywarga masyarakat yang cendrum
kuat.Conformitydikota-kota besar
sangat kecil sehingga proses institutionalization
sukar terjadi apabila dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat yang ada
didesa.
Nilai-nilai sosial budaya berfungsi sebagai pedoman
dan pendorong prilaku manusia di dalam hidupnya.Apabila terjadi ketidakserasian
antara aspirasi dengan saluran-saluran yang tujuannya untuk mencapai cita-cita
tersebut, maka terjadilah prilaku menyimpang atau devian behavior.
5.
Posisi
Pendidikan dalam Perubahan Sosial
Posisi pendidikan dapat dianalisis melalui dua
pendekatan makro dalam sosiologi, yaitu pendekatan structural fungsional dan
pendekatan konflik.Pendekatan struktural fungsional (untuk selanjutnya disebut
pendekatan fungsional) memiliki asumsi utama yakni melihat masyarkat sebagai
sebuah system yang didalamnya terdapat berbagai subsistem. Subsistem-subsistem
tersebut memiliki fungsi masing-masing yang tidak dapat dipertukarkan satu sama
lain. Agar sistem dalam masyarakat berjalan stabil (tidak terjadi perpecahan
dalam masyarakat) maka subsistem tersebut harus selalu ada dan selalu
menjalankan fungsinya, maka system tersebut akan hancur atau masyarakat akan
mengalami kekacauan.
Pada dasarnya terdapat dua pertannyaan mendasar
mengenai pendidikan yang dikemukakan para fungsionalis dalam menganalisis
praktik pendidikan, yaitu apa fungsi pendidikan bagi masyarakat secara
keseluruhan ?apa fungsi hubungan fungsional antara (institusi) pendidikan
dengan bagian (institusi) yang lain dalam system sosial? Secara umum, para
analisis fungsional, melihat fungsi serta kotribusi yang positif lembaga
pendidikan dalam memelihara atau mempertahankan keberlansungan system sosial.
6.
Pendidikan
dan Fungsi : Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah
Dilihat dari ruang lingkupnya, pendidikan terdiri dari
3 jenis, pertama pendidikan dalam
keluarga (informal),kedua pendidikan
disekolah formal maksudnya jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, ketigapendidikan dalam masyarakat
(nonformal), maksudnya pendidikan diluar formal yang dapat dilaksanakan
terstruktur dan berjenjang.
Fungsi pendidikan disekolah selanjutnya sedikit banyak
dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang dilingkungan masyarakat.Kondusif
tidaknya dan positif tidaknya pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat,
tidak dapat diletakan pengaruhnya terhadap keberhasilan fungsi pendidiakan.Dalam
kaitannya dengan fungsi-fungsi harus dijalankan dengan efektif, lembaga-lembaga
itu harus saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara efisien dan
produktif. Meskipun ada beberapa lembaga yang mampu memberikan kebutuhan yang
diperlukan masyarakat, namun tidak dapat dipungkiri aka nada satu lembaga yang
akan dominan dan menggunakan pengarunya yang tidak kecil terhadap lembaga lain.
Katakanlah, lembaga keluarga dan pendidikan, kedua membantu sosialisasi
orang-orang muda.Dalam masyarakat modern, sekolah memiliki tanggungjawab utama
bagi pelaksanaan fungsi pendidikan. Dalam masyarakat agraris pedesaan, keluarga
akan banyak menjalankan fungsi pendidiakan, karena mungkin diharapkan bahwa
sewaktu-waktu anak-anak akan memikul tanggungjawab pengelola ladang milik
keluarga dan harapan lain dari orang tua bahwa anak-anaknya bisa hidup lebih
baik dari mereka. Keluarga merupakan bagian dari pranata sosial begitu juga
dengan pendidikan.Pengaruh keluarga sangat mempegaruhi kepribadian anak, sebab
waktu terbanyak anak adalah keluarga, dan didalam keluarga itulah diletahkan
sendi-sendi dasar pendidikan.
7.
Pengembangan
Kepemimpinan Sekolah dan Penguatan Pendidikan
Pengembangan kepemimpinan berupaya membentuk sekolah
dan system sekolah lebih efektif kedalam mentoring
communities; yakni suatu konteks kolaborasi belajar dimana pendidik saling berkompetisi
dan mendukung satu sama lain menuju perkembangan. Suatu langkah yang patut
dilakukan dalam mentoring communities, perlunya
membantu para pendidik dalam menghadapi tantangan dan secara simultan perlunya
membangun kerja sama pada kapasitas kepemimpinan. Atas dasar perlunya adaptasi
terhadap kondisi sekarang, pada abad ke-21, suatu hal sangat mungkin jika para
pendidik harus mengubah cara bekerja, berkembang, dan belajar bersama, dalam
mendukung perkembangan anak didik dan orang dewasa.
Selanjutnya, penguatan pendidikan sebagai pranata sosial
pada konteks yang lebih luas menunjukan masih banyak kendala.Katakanlah,
sebagai upaya merespon perlu pendidikan yang merata bagi warga Negara (equally education), telah dilakukan
pendidikan jarak jauh (distance
educations) dengan memanfaatkan proses belajar yang menggunakan instrument
pendukung melalui media belajar dengan elektronik atau e-learning, pada umumnya belum berjalan optimal. Selain itu
pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional, dalam mempercepat kualitas
pendidikan disekolah dan madrasah, juga melakukan program e-books, dimana buku-buku dapat diakses melalui internet oleh
masyarakat atau orang tua. Penggunaan perangkat komputer dan jaringan internet
didesa-desa masih terbatas serta persoalan lainnya yang mesti harus diperkuat
agar system pendidikan mampu bersaing dengan perkembangan zaman.
8.
Penutup
Pendidikan sebagai pranata sosial sesunggunya sebagai
salah satu upaya dan strategi dalam mewujutkan tujuan pembanggunan nasional.
Tujuan pembangunan nasional yang mengharapkan terciptannya generasi masa depan
yang berilmu pengetahuan-berteknologi dan beriman-bertaqwa dapat terwujud dengan
efektif. Tujuan pembanggunan nasional tersebut akan terwujud apabila pendidikan
sebagai pranata dapat berfungsi dengan normal dan efektif dalam menciptakan SDM
yang berkualitas, ilmu pengetahuan yang relevan dengan zamannya dan mampu hidup
pada era globalisasi dengan menjaga identitas tertentu yang melekat pada diri
sebagai pribadi, agama, dan bangsa seperti diharapkan oleh tujuan pendidikan
nasional. Di sinilah sesunggunya, secara konseptual, konsep dan tujuan
filosofis pendidikan nasional Indonesia telah mampu mengakomodasi telah mampu
memenuhi kebutuhan bangsa yang pluralistic sebagai upaya penyiapan generasi
masa depan yang tidak hanya pintar dalam ilmu pengetahuan, cerdas,
berkepribadian, dan berbudi pekerti luhur, tetapi juga berakhlak.
Daftar Pustaka
Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.Jakarta;
PT. RajaGrafindo Persada.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial: perspektif klasik, modern, Posmodern, dan
Poskolonoal. Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar