Selasa, 28 Mei 2013

PENDIDIKAN DALAM PRANATA SOSIAL



`PENDIDIKAN DALAM PRANATA SOSIAL*

Oleh :
Arbi Towan


1.      Pendahuluan
Teori pendidikan yang terakhir tentang pendidikan massal (nasional) dinamakan teori pendidikan sebagai pembanggunan bangsa (nation-building) dengan ciri-ciri 1) universal, memiliki standar nasional, 2) sangat melembaga pada level dunia, dan 3) diarahkan sebagai sosialisasi individu sebagai satuan primer, yang menghormati pilihan dan tanggungjawab individu.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) indonesia merupakan rangkaian upaya manusia untuk mewujudkan manusia seutuhnya, yang meliputi pembanggunan manusia, baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembanggunan. Pendidikan sebagai pranata sosial memiliki peranan signifikan dalam merencanakan, melaksanakan, menciptakan SDM yang dicita-citakan.
Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara terpadu untuk menggembangkan fungsi pendidikan.Keberhasilan pendidikan tidak hanya diketahui dari kualitas individu, melainkan juga berkaitan erat dengan kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membanggun kemauan, mengembangkan kreatifitas anak didik dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu/kualitas pelayanan pendidikan.




 


Karena masyarakat senantiasa mengalami perubahan, baik yang direncanakan maupun tidak, pendidikan juga dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi dalam melakukan upaya yang tepat serta normatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2.      Visi Misi Pendidikan
Visi, misi, dan tujuanpendidikan nasional dapat terealisasikan dengan efektif dengan melibatkan sejumlah elemen/komponen bangsa secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Memberdayakan sebagai elemen/komponen masyarakat yang berarti pendidikan diselenggarakan oleh pendidikan dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerja sama yang saling melengkapi dan memperkuat, seperti tertuang pada Pasal 4 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 3003. Pembaruan pendidikan nasional perlu pula disesuaikan dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuanggan antara Pusat dan Daerah.
Terkait dengan visi, misi dan strategi pendidikan nasional itu, selanjutnya telah ditetapkan sejumlah prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan dilaksanakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidikan yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan kreativitas anak didik.
Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan anak didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut harus ada pendidikan yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas anak didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigm pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan yang berguna memberikan kompetensi kepada anak didik sehingga mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai al-insan-al-kamil.

3.      Pendidikan dan Pranata Sosial
Istilah pranata sosial sangat relevan dengan istilah sosial, yang dalam persfektif sosialogi ditemukan sejumlah pengertian. Istilah lembaga kemasyarakatan, merupakan terjemahan langsung dari istilah asing: sosial-institution. Ary H. Gunawan (2000) dalam Abdullah Idi, menuturkan pranata sosial merupakan struktur sosial beserta perlengkapannya, yang dengan struktur sosial tersebut masyarakat (manusia) mengatur, mengarahkan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhannya.Untuk memberikan suatu batasan, dapat dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.Wujud konkret lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association).
Pada setiap masyarakat, setidaknya terdapat 5 lembaga/pranata sosial, yakni yakni keluarga, pendidikan, agama, ekonomi, dan pemerintah.Tiap pranata sosial memiliki fungsi dan tanggungjawab masing-masing. Adapun ciri-ciri pranata sosial : 1) memiliki lambang atau symbol; 2) memiliki tata tertib dan tradisi; 3) memiliki satu atau beberepa tujuan; 4) memiliki nilai; 5) memiliki usia lebih lama atau tingkat kekebalan tertentu; dan 6) memiliki alat kelengkapan.
Peran suatu lembaga dalam kehidupan, tidak hanya melahirkan satu pola aktivitas dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.
Suatu pranata sosial/lembaga sosial juga memiliki sejumlah fungsi, antara lain; 1) memberian bagi peranan pendidikan; 2) bertindak sebagai pranata transfer warisan kebudayaan; 3) memperkenalkan kepada individu tentang berbagai peran dalam masyarakat; 4) mempersiapkan individu dengan berbagai peranan sosial yang dikehendak; 5) memberikan landasan bagi penilaian dan pemahan status relative; 6) meningkatkan kemajuan melalui pengikutsertaan dalam riset ilmiah; dan 7) memperkuat penyesuaian diri dan pengembangan hubungan sosial.
Pendidikan sebagai pranata sosial, sudah tentu tidak pula lepas dari ketergantungan saling silang budaya. Keterkaitan dengan itu, mengamati dunia pendidikan tentu tidak cukup hanya dengan melihat masaalah internal pendidikan, namun perlu juga melihat dengan komponen lainnya, misalnya: sosial, budaya, ekonomi, politik, sejarah, dan filsafat.
Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satu sama lain. Beberapa kebutuhan manusia, seperti kebutuhan pendidikan, akan diperoleh lebih terstruktur dengan adanya lembaga sosial atau pranata sosial. Pranata sosialakan ada jika kebutuhan individu yang digabungkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial melibatkan bukan saja pola aktivitas yang lahir dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.

4.      Conformity dan Deviation
Masaalah conformitydan deviation berhubungan erat dengan sosial control.Conformityberarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, deviationadalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.Kaidah timbul dalam masyarakat kerana diperlakukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain, atau seseorang dengan orang lain. Diadakannya kaidah serta lain-lain peraturan di dalam masyarakat adalah dengan maksud supaya ada conformity warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku didalam masyarakat yang bersangkutan.
Dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, conformitywarga masyarakat yang cendrum kuat.Conformitydikota-kota besar sangat kecil sehingga proses institutionalization sukar terjadi apabila dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat yang ada didesa.
Nilai-nilai sosial budaya berfungsi sebagai pedoman dan pendorong prilaku manusia di dalam hidupnya.Apabila terjadi ketidakserasian antara aspirasi dengan saluran-saluran yang tujuannya untuk mencapai cita-cita tersebut, maka terjadilah prilaku menyimpang atau devian behavior.

5.      Posisi Pendidikan dalam Perubahan Sosial
Posisi pendidikan dapat dianalisis melalui dua pendekatan makro dalam sosiologi, yaitu pendekatan structural fungsional dan pendekatan konflik.Pendekatan struktural fungsional (untuk selanjutnya disebut pendekatan fungsional) memiliki asumsi utama yakni melihat masyarkat sebagai sebuah system yang didalamnya terdapat berbagai subsistem. Subsistem-subsistem tersebut memiliki fungsi masing-masing yang tidak dapat dipertukarkan satu sama lain. Agar sistem dalam masyarakat berjalan stabil (tidak terjadi perpecahan dalam masyarakat) maka subsistem tersebut harus selalu ada dan selalu menjalankan fungsinya, maka system tersebut akan hancur atau masyarakat akan mengalami kekacauan.
Pada dasarnya terdapat dua pertannyaan mendasar mengenai pendidikan yang dikemukakan para fungsionalis dalam menganalisis praktik pendidikan, yaitu apa fungsi pendidikan bagi masyarakat secara keseluruhan ?apa fungsi hubungan fungsional antara (institusi) pendidikan dengan bagian (institusi) yang lain dalam system sosial? Secara umum, para analisis fungsional, melihat fungsi serta kotribusi yang positif lembaga pendidikan dalam memelihara atau mempertahankan keberlansungan system sosial.


6.      Pendidikan dan Fungsi : Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah
Dilihat dari ruang lingkupnya, pendidikan terdiri dari 3 jenis, pertama pendidikan dalam keluarga (informal),kedua pendidikan disekolah formal maksudnya jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, ketigapendidikan dalam masyarakat (nonformal), maksudnya pendidikan diluar formal yang dapat dilaksanakan terstruktur dan berjenjang.
Fungsi pendidikan disekolah selanjutnya sedikit banyak dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang dilingkungan masyarakat.Kondusif tidaknya dan positif tidaknya pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat, tidak dapat diletakan pengaruhnya terhadap keberhasilan fungsi pendidiakan.Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi harus dijalankan dengan efektif, lembaga-lembaga itu harus saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara efisien dan produktif. Meskipun ada beberapa lembaga yang mampu memberikan kebutuhan yang diperlukan masyarakat, namun tidak dapat dipungkiri aka nada satu lembaga yang akan dominan dan menggunakan pengarunya yang tidak kecil terhadap lembaga lain. Katakanlah, lembaga keluarga dan pendidikan, kedua membantu sosialisasi orang-orang muda.Dalam masyarakat modern, sekolah memiliki tanggungjawab utama bagi pelaksanaan fungsi pendidikan. Dalam masyarakat agraris pedesaan, keluarga akan banyak menjalankan fungsi pendidiakan, karena mungkin diharapkan bahwa sewaktu-waktu anak-anak akan memikul tanggungjawab pengelola ladang milik keluarga dan harapan lain dari orang tua bahwa anak-anaknya bisa hidup lebih baik dari mereka. Keluarga merupakan bagian dari pranata sosial begitu juga dengan pendidikan.Pengaruh keluarga sangat mempegaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga, dan didalam keluarga itulah diletahkan sendi-sendi dasar pendidikan.


7.      Pengembangan Kepemimpinan Sekolah dan Penguatan Pendidikan
Pengembangan kepemimpinan berupaya membentuk sekolah dan system sekolah lebih efektif kedalam mentoring communities; yakni suatu konteks kolaborasi belajar dimana pendidik saling berkompetisi dan mendukung satu sama lain menuju perkembangan. Suatu langkah yang patut dilakukan dalam mentoring communities, perlunya membantu para pendidik dalam menghadapi tantangan dan secara simultan perlunya membangun kerja sama pada kapasitas kepemimpinan. Atas dasar perlunya adaptasi terhadap kondisi sekarang, pada abad ke-21, suatu hal sangat mungkin jika para pendidik harus mengubah cara bekerja, berkembang, dan belajar bersama, dalam mendukung perkembangan anak didik dan orang dewasa.
Selanjutnya, penguatan pendidikan sebagai pranata sosial pada konteks yang lebih luas menunjukan masih banyak kendala.Katakanlah, sebagai upaya merespon perlu pendidikan yang merata bagi warga Negara (equally education), telah dilakukan pendidikan jarak jauh (distance educations) dengan memanfaatkan proses belajar yang menggunakan instrument pendukung melalui media belajar dengan elektronik atau e-learning, pada umumnya belum berjalan optimal. Selain itu pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional, dalam mempercepat kualitas pendidikan disekolah dan madrasah, juga melakukan program e-books, dimana buku-buku dapat diakses melalui internet oleh masyarakat atau orang tua. Penggunaan perangkat komputer dan jaringan internet didesa-desa masih terbatas serta persoalan lainnya yang mesti harus diperkuat agar system pendidikan mampu bersaing dengan perkembangan zaman.

8.      Penutup
Pendidikan sebagai pranata sosial sesunggunya sebagai salah satu upaya dan strategi dalam mewujutkan tujuan pembanggunan nasional. Tujuan pembangunan nasional yang mengharapkan terciptannya generasi masa depan yang berilmu pengetahuan-berteknologi dan beriman-bertaqwa dapat terwujud dengan efektif. Tujuan pembanggunan nasional tersebut akan terwujud apabila pendidikan sebagai pranata dapat berfungsi dengan normal dan efektif dalam menciptakan SDM yang berkualitas, ilmu pengetahuan yang relevan dengan zamannya dan mampu hidup pada era globalisasi dengan menjaga identitas tertentu yang melekat pada diri sebagai pribadi, agama, dan bangsa seperti diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional. Di sinilah sesunggunya, secara konseptual, konsep dan tujuan filosofis pendidikan nasional Indonesia telah mampu mengakomodasi telah mampu memenuhi kebutuhan bangsa yang pluralistic sebagai upaya penyiapan generasi masa depan yang tidak hanya pintar dalam ilmu pengetahuan, cerdas, berkepribadian, dan berbudi pekerti luhur, tetapi juga berakhlak.


Daftar Pustaka

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial: perspektif klasik, modern, Posmodern, dan Poskolonoal. Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada.

Soekanto, seoerjono.2012. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar